Alam semesta, Bumi, dan Manusia didalamnya adalah hasil kreasi yang Maha Pencipta. Alam semesta ini tidaklah muncul dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan, dan mustahil akan berjalan tanpa ada yang menjaga. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS 2 : 164.)
Alam semesta yang sangat sempurna dan telah seimbang ini dimulai penciptaannya dan akan disudahi masanya nanti suatu saat. Lihatlah matahari ia akan terbit namun pasti akan tenggelam, begitu juga Alam semesta dan manusia didalamnya ia akan muncul dan suatu waktu akan tenggelam pula. Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang (QS 25 : 25). Oleh karena itu tentunya ada hikmah ataupun tujuan dari semua penciptaan ini, tidaklah mungkin ini diciptakan dengan sia-sia saja. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS : 191)
Allah Swt menciptakan alam semesta ini dengan sistem yang sempurna tentunya dalam rangka tujuan yang mulia yakni penghambaan hanya kepada Allah saja. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS 7 : 172).
Manusia sebagai mahluk Tuhan adalah fitrah yang paling sahih. Tidak ada yang dapat menyangkal ataupun membatalkannya dengan metode apapun. Manusia dimanapun ia berada dan dalam keyakinan apapun yang ia yakini pasti akan bergerak dan mencari takdirnya memenuhi fitrah sebagai mahluk ciptaan. Peradaban manusia telah mencatat banyaknya agama yang ada dalam sejarah manusia. Agama tadi tentunya adalah pencarian keresahan manusia atas kebutuhannya sebagai mahluk ciptaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar